Kamis, 22 Desember 2016

COMPLETE FEED

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Metode Pemanfaatan Limbah Organik
Ada beberapa macam pemanfaatan limbah organik untuk dijadikan pakan ternak ruminansia, antara lain:
-       Pembuatan Hay
-       Pembuatan Silase
-       Amoniasi
-       Fermentasi
-       Complete Feed

2.2    Complete Feed (Pakan Lengkap)
Pakan utama ternak Ruminansia terdiri dari hijauan dan pelengkap nutrisinya yaitu konsentrat / pakan tambahan. Tetapi ketersediaan hijauan pakan ternak kadang tidak terus menerus tersedia terutama dimusim kemarau, dimana rumput sulit didapatkan. Padahal ketersediaan hijauan yang tetap sangat menentukan produktivitas ternak , disamping itu pemberian hijauan yang tidak selalu ada bisa menimbulkan stress dan akan mengakibatkan ternak rentan terhadap berbagai penyakit. Kenyataan dilapangan banyak dijumpai peternak belum sesuai dalam memberikan pakan ternak yang dibudidayakan sehingga hasilnya tidak optimal.

A. Pengertian Complete Feed.
Secara umum Complete Feed adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan ( limbah pertanian ) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau hanya sedikit tambahan rumput segar. Pakan Komplit adalah ransum berimbang yang telah lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi. Dalam pemberiannya, ransum ini tidak memerlukan tambahan apapun kecuali air minum. Dengan pemberian pakan komplit, lebih praktis dan sangat menghemat tenaga kerja serta petani tidak perlu lagi setiap hari mencari rumput.
B. Manfaat Complete Feed
Pakan jadi (complete feed) perlu diperhatikan dan dikembangkan mengingat keunggulan-keunggulan yang dimiliki antara lain:
- Menjamin suplai pakan ternak sepanjang waktu.
- Mendukung program industrialisasi peternakan di daerah subur dan marginal.
- Mobilitas pakan antar daerah lebih efektif dan efisien.
- Meningkatkan nilai tambah ekonomi.
- Pakan jadi dapat dibuat dari bahan-bahan hasil pertanian sebagai sumber seratnya seperti ampas tahu, kulit kacang tanah, jerami, kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu, dll. Ditambah hasil agroindustri sebagai sumber energi yaitu pollar (hasil produksi gandum), dedak padi, tapioka, molases,onggok (hasil produksi tapioka) dll. Bahan-bahan sumber protein seperti bungkil kopra, bungkil sawit, kulit kopi, kulit coklat/ kakao dan urea. Dilengkapi dengan sumber mineral seperti garam dapur, tepung tulang, mineral, dll.

C. Metode Processing
Teknologi pengolahan hasil pertanian dan hasil agroindustri menjadi Complete Feed merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai hasil produksi dengan menggunakan metode prosessing yang terdiri dari:
1.        Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.
2.        Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan.
3.        Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampur (mixer) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut Hammer Mill dan terakhir proses pengemasan.

2.3   Pembuatan Complete Feed
A. BAHAN – BAHAN
1. Jerami : 52 kg
2. Ampas Singkong : 8 kg
3. Katul : 38 kg
4. Dolomit : 0,5 kg
5. Mineral ( Feed Suplement ) : 0,5 kg
6. Garam Krosok : 2 kg
7. Urea : 1.25 kg
8. Probiotik ( EM 4 ) : 0,5 kg
9. Molases : 2,8 kg
10. Temulawak : 0,1 kg
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Semarang, 2009

B. CARA PEMBUATAN
1. Jerami padi dicacah ( semakin kecil semakin baik ), kemudian dihamparkan diatas terpal dan diatasnya ditabur dedak, ampas singkong dan diikuti mineral serta kalsit.
2. Buat Larutan Garam, Urea, Tetes Tebu ( Molases ) dan Probiotik ( EM 4 ) dengan air secukupnya.
3. Semprotkan / Percikkan larutan No. 2 keatas hamparan bahan No. 1, selanjutnya diaduk – aduk hingga merata dan bila perlu ditambah air hingga kadar air campuran mencapai 60 %.
4. Untuk mengukur Kadar Air , adonan dikepalkan ditangan bila tangan basah tapi air tidak menetes berarti takaran kadar air sudah cukup.
5. Masukkan adonan No. 3 kedalam drum plastik, dipadatkan dan tutup rapat ( tidak ada udara luar yang masuk ).
6. Pakan Komplit hasil fermentasi ini dapat digunakan setelah 3 hari proses fermentasi berlangsung.

C. CARA PEMBERIAN PAKAN
1. Setelah 3 hari difermentasi Pakan Komplit siap diberikan kepada ternak.
2. Takaran pemberian Pakan Komplit adalah 5 % dari Bobot Ternak dan diberikan 2 – 3 kali sehari.
3. Setelah pemberian pakan drum plastik ditutup lagi rapat – rapat agar udara luar tidak masuk.
4. Dengan perlakuan yang benar Pakan Komplit ini dapat bertahan selama 1,5 bulan.

D. Inovasi Bentuk Pakan Complete Feed
Salah satu bentuk pakan jadi yang telah dikembangkan adalah pembuatan roti sapi (wafer). Pengolahan pakan yang berasal dari hijauan dan hasil Produksi pertanian menjadi roti sapi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan palatabilitas, mempermudah pengangkutan serta menjaga kontinuitas ketersediaan bahan pakan.

Cara pembuatan roti sapi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Rumput dan hasil Produksi pertanian dicacah dengan ukuran 3-5 cm, yaitu untuk mempercepat proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran dengan bahan perekat.
2. Rumput dan hasil Produksi pertanian yang sudah dicacah dan leguminosa dikeringkan dibawah sinar matahari (kurang lebih 24jam).
3. Leguminosa yang sudah dikering kemudian digiling. Rumput dan hasil Produksi pertanian yan sudah kering dicampur dengan bahan perekat sampai rata. Kemudian ditambahkan leguminosa yang telah digiling dan konsentrat, serta diaduk sampai rata.
4. Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah dipanaskan untuk dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama kurang lebih 24 jam pada suhu kamar.













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Complete feed merupakan salah satu alternatif pengolahan pakan yang sangat menjanjikan. Karena bahan yang digunakan tidak harus mahal dan susah dicari, asalkan kita memahami aturan atau tahap-tahap yang perlu kita lakukan. Akan tetapi, peningkatan pengetahuan peternak tentang pengolahan pembuatan complete feed sebagai sumber pakan terutama pada musim kemarau, dan pengetahuan peternak untuk penyusunan ransum sapi potong sangat penting, supaya daya guna complete feed bisa maksimal dan Peternak dapat membuat complete feed secara mandiri.

3.2 Saran
Dalam pembuatan complete harus tetap memperhatikan beberapa hal, sperti bahan baku, proses pembuatan, pengaturan kandungan ransum, bentuk pakan complete feed dan juga waktu pemberian kepada ternak. Agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan

Kamis, 27 Oktober 2016

Tahapan serta Peralatan Penyamakan Kulit

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya kulit dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak, kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak.
Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut.  Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya pembelajaran Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai Kulit.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Desain Bangunan, Peralatan serta Lay Out proses penyamakan kulit.








BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Gambaran Umum Kulit
Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu. Pada saat hidup, kulit memiliki fungsi antara lainsebagai indra perasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh hewan (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012).
Kulit segar yang baru dilepas dari tubuh binatang memiliki beberapa unsur berikut (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012):
Collagen          : 30% - 32%
Lemak             : 2% - 5%
Epidermis        : 0,2% - 2%
Mineral            : 0,1% - 0,3%
Air                   : 60% - 65%
Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka  kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.  Berat kulit pada sapi, kambing  dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh.  Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak (Gazali, 2011).

2.2   Penyamakan Kulit
Penyamakan kulit adalah suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruh fisik, kimia dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebut yang biasa disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi memiliki sifat-sifat khusus yang sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit mentah mudah sekali membusuk dalam keadaan kering, keras, dan kaku. Sedangkan kulit tersamak memiliki sifat sebaliknya Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit hewan yang mudah busuk dapat menjadi tahan terhadap serangan mikroorganisme. Prinsip mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dan serat kulit .
Dalam proses penyamakan dikenal adanya sistem penyamakan berbulu dan tidak berbulu. Sistem penyamakan berbulu tentunya ditujukan untuk mempertahankan keindahan bulunya sedangkan penyamakan tidak berbulu tentunya sengaja ditujukan untuk menghilangkan bulu. Sekilas yang membedakan kedua proses ini adalah dilakukannya proses pengapuran pada sistem penyamakan tidak berbulu dengan tujuan supaya mempermudah dalam menghilangkan bulunya.

2.3 Beberapa contoh  Alat Mesin penyamakan kulit
Gambar 2.1 Mesin shaving


Gambar 2.2 Mesin buffing
Gambar 2.3 Mesin Drum trial stainles steel 60x40
Gambar 2.4 Mesin  buffing(amplas)
Gambar 2.5 Mesin press embos ukuran matras  10cm x 20 cm

Gambar di atas merupakan salah satu  mesin mesin penyamakan kulit  tidak memasukan semua gambarnya berhubung terlalu banyak  ambil hanya beberapa contoh  saja.

2.4 Tahapan Pokok
Terdapat tiga tahapan pokok dalam industri penyamakan kulit yaitu :
1.  Pengerjaan basah (beamhouse) atau yang biasa disebut pretanning, terdiri dari proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur (deliming), baitsen (bating), dan pengasaman (pickling).
2. Penyamakan (tanning), kulit pickle direndam pada bahan penyamak, yang proses penyamakannya terdiri dari penyamakan nabati, penyamakan krom, penyamakan kombinasi, dan penyamakan sintesis.
3. Penyelesaian akhir (finishing), prosesnya terdiri dari pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring), penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan.





2.5 Jenis Penyamakan Kulit
Adapun Jenis penyamakan kulit adalah sebagai berikut   :
1.  Penyamakan nabati
Dalam penyamakan nabati digunakan bahan penyamak nabati yang berasal dari alam. Bahan penyamak nabati merupakan bahan penyamak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung bahan penyamak.
2.  Penyamakan krom
Dalam penyamakan krom, digunakan krom sulfat basa. Kulit yang disamak dengan bahan penyamak ini memberi sifat lemas, kuat, tetapi kurang berisi.
3.  Penyamakan kombinasi
Penyamakan kombinasi adalah penyamakan kulit dengan dua atau lebih bahan penyamak, dengan tujuan saling melengkapi karena setiap bahan penyamak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
4.  Penyamakan sintesis
Pada dasarnya penyamakan sintesis tidak jauh beda dengan penyamakan nabati, hanya saja menggunakan bahan sintesis yaitu organic polyacid yang memiliki kemampuan menyamak kulit.


Gambar 2.6 Diagram Alir Skematis Operasi Penyamakan Kulit


Gambar 2.7 Diagram Alir Skematis Operasi Penyamakan Lanjutan
















BAB III
KESIMPULAN


Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit.





















DAFTAR PUSTAKA